Biografi The Rain

Indra Prasta – Vokal, gitar
Iwan Tanda – Gitar, vokal
Ipul Bahri – Bass, vokal
Aang Anggoro – Drum, perkusi, vokal

Dengan personil yang tidak berubah sejak terbentuk pada 2001 di Jogja, The Rain telah merilis enam album studio dan menjadi satu dari sedikit band di Indonesia yang bertahan selama lebih dari 18 tahun tanpa pergantian personel. Bermula dari pertemanan Indra Prasta (vokal, gitar) dan Iwan Tanda (gitar, vokal) yang bertetangga saat masih sama-sama duduk di bangku kuliah di Jogja. Mereka kemudian bertemu dengan Aang Anggoro (drum, vokal) dan Ipul Bahri (bass, vokal) di studio Alamanda, sebuah studio yang saat itu menjadi salah satu tempat berkumpul banyak musisi Jogja dari berbagai genre. Dan lahirlah The Rain.

Setelah mendapatkan kontrak dengan ProSound Records, album perdana mereka, Hujan Kali Ini, dirilis pada 2003. Album ini mendapatkan Golden Award tak lama setelah dirilis. Single Dengar Bisikku dan Terima Kasih karena Kau Mencintaiku bahkan hingga saat ini masih mendapat airplay yang tinggi di banyak radio di seluruh Indonesia.

Dua tahun kemudian, The Rain menyelesaikan album Senandung Kala Hujan, dengan hits seperti Tolong Aku dan Persimpangan. Beberapa lagu di album ini menjadi theme song di beberapa program televisi, seperti album sebelumnya. Di luar itu, The Rain semakin serius menggarap konsep pertunjukan mereka. Sebagian konser mereka tercatat sold out.

Pertengahan 2007, album Serenade dirilis. Lewat album ini, The Rain menjadi nominator dalam IKON ASEAN Music Initiative Awards. Disusul dengan nominasi untuk Bands Who Can Free Their Voice di Soundrenaline 2008. Tak lama kemudian, The Rain terlibat dalam tur Rising Stars.

Awal 2009, album Perjalanan Tak Tergantikan dirilis. Setahun setelahnya, mereka memberi kejutan dengan merilis Komik Cihuy Anak Band, sebuah komik banyolan tentang realita dunia anak band di Indonesia. Komik ini menjadi bahasan di skala nasional, mengundang perhatian dari banyak pihak karena mengangkat dunia belakang layar industri musik lewat penyajian yang kocak.

Setelah tertunda pengerjaannya karena tur panjang, album kelima, Jingga Senja dan Deru Hujan, dirilis pada akhir Februari 2012, dua bulan setelah perayaan satu dekade The Rain. Album terakhir yang dirilis The Rain di bawah naungan major label.

Pada November 2013, setelah memutuskan untuk mengambil jalur indie dengan mendirikan label mereka sendiri, Heavy Rain Records, single Terlatih Patah Hati dirilis sebagai awal Trilogi Single 18 November 2013-2015. Lewat trilogi ini, The Rain menjadi band pertama di Indonesia yang merilis single baru di tanggal yang sama setiap tahunnya, selama 3 tahun berturut-turut.Terlatih Patah Hati memuncaki chart di radio-radio seluruh Indonesia sepanjang 2014. Lewat Terlatih Patah Hati, The Rain mendapatkan nominasi AMI Awards 2014 untuk kategori Kolaborasi Pop / Urban Terbaik bersama Endank Soekamti. Single tersebut juga memenangkan HAI Music Awards 2014 sebagai The Best Single of the Year, disusul dengan nominasi Dahsyatnya Awards 2015.

18 November 2014, Gagal Bersembunyi dirilis. Sebuah lagu sederhana dengan lirik yang ngenes namun jenaka. Gagal Bersembunyi tak butuh waktu lama untuk menduduki berbagai chart di radio-radio di seluruh Indonesia. Tak lama setelah dirilis, Gagal Bersembunyi mendapatkan nominasi Single of the Year di ajang Indonesia Choice Awards 2015 yang digelar oleh NET.

Akhir 2015, trilogi 18 November ditutup dengan single Penawar Letih. Di video klip single ini, The Rain melakukan sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya: menggelar syuting klip di sebuah ruangan kantor pada hari dan jam kerja dengan seluruh karyawan kantor tersebut tetap bekerja seperti biasa. Single Penawar Letih sukses menjadi anthem bagi para pekerja keras yang berjuang di tengah hiruk-pikuk kota demi keluarga.

September 2016, The Rain merilis album keenam yang diberi judul Jabat Erat. Album ini berisi trilogi 18 November beserta 8 lagu baru. Single Berkunjung ke Kotamu dipilih menjadi single yang menyertai rilisnya album ini. Lewat single tersebut, The Rain memberikan kejutan dengan  menghadirkan suasana retro 60-an. Tak lama kemudian, The Rain merilis single Getir Menjadi Tawa Bila Kubersamanya. Jika di single sebelumnya The Rain mengajak pendengar untuk tamasya ke dekade 60-an, maka di single ini kita bagaikan menaiki mesin waktu menuju pertengahan dekade 90-an. Album Jabat Erat juga mengukuhkan salam “Jabat erat!” yang selalu digunakan The Rain selama ini. Sebuah lagu dengan judul sama dipersembahkan untuk para TheRainKeepers, penikmat karya The Rain.

Tahun 2017 hingga 2019, The Rain menghadirkan Tetralogi Jono dan Mira. Empat buat single yang video nya saling berkaitan. Mulai dari Hingga Detik Ini (2017), Rencana Berbahaya (2018), Upaya Maksimal (2019) dan ditutup dengan Ujung Pertemuan (2019).

Pada bulan April 2020, di tengah pandemi virus Corona yang melanda berbagai belahan dunia dan menghentikan sementara banyak bidang, salah satunya pertunjukan musik live, The Rain memutuskan untuk tetap mengerjakan sebuah karya baru dari rumah masing-masing. Lalu lahirlah single Gombal Itu Indah pada Mei 2020.

Selama ini, The Rain telah tiga kali menggelar konser tunggal. Yang pertama pada Desember 2018, berjudul Bioskop Hujan. Di sana untuk pertama kalinya The Rain menyulap sebuah studio bioskop menjadi tempat konser. Digelar dalam rangka ulang tahun The Rain ke-17.
Setahun setelahnya, di ulang tahun The Rain yang ke-18, hadir Konser Nyore bareng The Rain. Sesuai judulnya, digelar di sore hari, outdoor di atas rooftop sebuah gedung, dengan suasana santai dan akrab.
Di usia yang ke-19 bertepatan dengan pandemi yang melanda The Rain memilih menggelar Konser Dari Jauh secara daring di tempat yang  jauh dari hiruk pikuk kota.

Sebuah perjalanan yang tak tergantikan.
Jabat erat.