Entries by Indra Prasta

Juni 2017

Hi there, It’s Indra speaking, or writing, technically. 😀 Lama tak menyapa. Hingga detik ini, masih sering takjub melihat orang-orang yang tak kami kenal, turut menyanyikan lagu-lagu The Rain. Hingga detik ini, The Rain tetap menjadi salah satu anugerah terindah dalam hidup saya, Iwan, Ipul dan Aang. Hingga detik ini, saya kadang-kadang masih suka salah […]

Beberapa Jam Sebelumnya

Selasa malam, 9 Agustus 2016. Beberapa jam sebelum pre-order album Jabat Erat resmi dibuka. Paginya, saya, Iwan, Ipul dan Aang manggung bareng sambil menyusun rencana-rencana yang harus terwujud dalam waktu dekat. Malamnya, kami sedang kirim-mengirim email dari rumah masing-masing. Iwan mengirim preview hasil mixing-nya untuk lagu Getir Menjadi Tawa Bila Kubersamanya. Aang mengirim preview hasil […]

Bersiap

Hari ini 3 September 2014, sudah hampir setahun sejak The Rain merilis Terlatih Patah Hati pada 18 November 2013. Salah satu single paling ajaib yang pernah kami rilis. Hingga hari ini, Terlatih Patah Hati masih masuk chart di beberapa radio dan televisi. Apa yang kau lakukan setelah karya baru band-mu menjadi hit di mana-mana? Well, […]

Kenapa Berempat?

Dulu sering ada yang bertanya ke The Rain, “Kenapa kalian berempat saja?” Biasanya dijawab sambil bercanda,”Karena The Beatles berempat.” The Beatles, band yang dalam perjalanan singkat mereka sebagai kuartet (1960-1970) telah mengubah dunia. Hingga kini, keajaiban karya-karya mereka terus memengaruhi jutaan musisi di seluruh dunia. John, Paul, George & Ringo. Live forever, The Beatles.  

Tulisan di Gitar Indra

Teman-teman yang pernah melihat The Rain manggung mungkin melihat beberapa tulisan di gitar-gitar yang saya pakai. Yang ada di gambar ini adalah coretan pertama saya dulu, hehe. Ini diambil saat The Rain manggung di Jogja akhir tahun 2003, dua bulan setelah album pertama The Rain, Hujan Kali Ini, dirilis. Rainy Days

It’s Just Rock & Roll

Dua puluh tahun lalu, di jam-jam seperti saat tulisan ini dibuat, saya sedang sibuk mendengarkan koleksi kaset kesayangan. Jumlahnya tidak banyak, berhubung uang jajan dari orangtua sangat terbatas. Kaset pertama yang saya beli adalah Kantata Takwa, hasil patungan berdua dengan abang saya. Kalau tidak salah harganya lima ribu rupiah. Lalu menyusul beberapa album dari berbagai […]